Kamis, 22 November 2007

Minangkabau Young Generation

Uda dan Uni adalah kata sapaan hormat atau sopan untuk kakak lelaki dan kakak perempuan baik yang belum maupun sudah menikah dalam keluarga di Minangkabau, Sumatra Barat.
Sedangkan untuk menyebut remaja lelaki dan perempuan yang belum menikah di Minangkabau digunakan kata "Bujang" untuk lelaki dan "Gadih" untuk perempuan.
Panggilan "Uda" atau "Uni" bersifat lebih universal di Sumatra Barat karena juga biasa diucapkan kepada orang yang lebih tua baik di kenal maupun tidak dikenal ataupun hanya sebagai bentuk penghormatan oleh sang penyapa.
Selain panggilan Uda dan Uni yang berlaku luas, di Sumatra Barat juga terdapat beberapa kata sapaan hormat atau sopan yang bersifat lebih lokal kepada kakak lelaki atau perempuan, misalnya panggilan "Uwan" untuk lelaki dan "Akak" untuk perempuan banyak digunakan di
kota Padang Panjang dan sekitarnya. Sedangkan didaerah Pariaman dan sekitarnya digunakan panggilan "Cik Ajo" untuk lelaki dan "Cik Uniang" untuk perempuan.
Dalam percakapan sehari-hari
bahasa Minang, Uda sering disingkat menjadi "Da" dan Uni menjadi "Ni".
"Uda Uni Sumbar" atau "Uda Uni Duta Wisata Sumbar" juga digunakan untuk menyebut remaja pria dan wanita yang menjadi pemenang pemilihan
Remaja Duta Wisata Indonesia yang diadakan oleh Dinas Pariwisata provinsi Sumatra Barat setiap tahun nya

Minggu, 11 November 2007

Jul Aidil Fadli Profile

My Profile

Nama : Jul Aidil Fadl
TTL : Payakumbuh, 7 Juli 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kelurahan Bulakan Balai Kandi, no.24
Kec.Payakumbuh-Kota Payakumbuh
Sumatera Barat
Nama Orang Tua : Ayah : Armal
Ibu : Yarni





Hidup Penuh Masalah
Kalau tidak mau bermasalah jangan hidup
......................................................................................


Pengabdian Kepada Negara

Jul Aidil Fadli....
Purna Paskibraka Kota Payakumbuh Tahun 2007.....
Merupakan suatu kenangan dalam hidupnya dapat bertugas bersama PASKIBRAKA Kota Payakumbuh lainnya untuk dapat mengibarkan bendera merah putih.
Berbagi pelajaran dapat saya peroleh mulai dari tahap penyeleksian, karantina dan acara puncak pada detik-detik proklamasi.
Kebersamaan menjadi modal utama bagi kami untuk dapat sukses menjalankan tugas sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada negara Indonesia.
Terima kasih kepada Om Aidal dan pelatih Paskibraka Kota Payakumbuh lainnya, tidak lupa senior PPI....... berkat pendidikan yang telah diberikan banyak manfaat yang dapat saya rasakan dan menjadi pengalaman dalam hidup,

My Achievement


Bersama Pemenang Uda Uni Duta Wisata

Kota Payakumbuh 2007

Jul Aidil Fadli mengikuti Pemilihan Uda Uni Duta Wisata Kota Payakumbuh pada tanggal 07 s/d 09 Juni 2007.Puji Tuhan......Aidil berhasil menyandang gelar Uda Intelejensi Kota Payakumbuh Tahun 2007 dan Uni Intelejensi_nya adalah Riswenti.S.pd, yang merupakan salah satu staff pengajar di MAN 2 Payakumbuh.

Aidil Solo Photo


Minangkabau.....Kampung Halamanku

Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat matrilineal yang terbesar di dunia, di mana harta pusaka diwaris menerusi nasab sebelah ibu. Beberapa ahli fikir berpendapat bahawa adat inilah yang menyebabkan ramai kaum lelaki Minangkabau untuk merantau di serata Nusantara untuk mencari ilmu atau mencari kemewahan dengan berdagang. Kanak-kanak lelaki semuda 7 tahun selalunya akan meninggalkan rumah mereka untuk tinggal di surau di mana merka diajarkan ilmu agama dan adat Minangkabau. Apabila remaja pula, mereka digalakkan untuk meninggalkan perkampungan mereka untuk menimba ilmu di sekolah atau menimba pengalaman daripada luar kampung dengan harapan yang mereka akan pulang sebagai seorang dewasa yang lebih matang dan bertanggungjawab kepada keluarga dan nagari (kampung halaman).
Tradisi ini berhasil mendirikan beberapa masyarakat rantauan Minangkabau di bandar dan tempat-tempat lain di
Indonesia. Namun ikatan mereka dengan Ranah Awak (Tanah Minang) masih disimpan dan dikuatkan lagi. Satu contoh kawasan yang didiami oleh masyarakat Minangkabau dan masih mengamalkan adat dan budaya Minangkabau adalah Negeri Sembilan di Malaysia.
Selain daripada dikenali sebagai orang pedagang, masyarakat Minang juga berjaya melahirkan beberapa penyair, penulis, negarawan, ahli fikir dan para ulama. Ini mungkin terjadi kerana budaya mereka yang memberatkan penimbaan ilmu pengetahuan. Sebagai penganut agama Islam yang kuat, mereka cenderung kepada idea untuk menggabungkan ciri-ciri Islam dalam masyarakat yang moden. Selain itu, peranan yang dimainkan oleh para cendekiawan bersama dengan semangat bangga orang Minang dengan identiti mereka menjadikan Tanah Minangkabau, iaitu,
Sumatra Barat, sebagai sebuah kuasa utama dalam pergerakan kemerdekaan di Indonesia.
Masyarakat Minang, terbahagi kepada beberapa buah suku, iaitu, Suku Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu dan Jambak. Kadang-kadang juga, keluarga yang sesuku tinggal dalam satu rumah besar yang dipanggil Rumah Gadang. Penggunaan
bahasa Indonesia berleluasa di kalangan masyarakat Minang, tetapi mereka masih boleh bertutur dalam bahasa ibunda mereka, iaitu, bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau mempunyai perkataan yang serupa dengan bahasa Melayu tetapi berbeza dari segi sebutan dan juga tatabahasa hingga menjadikannya unik dari bahasa Melayu.
Salah satu aspek terkenal mengenai orang Minang adalah makanan tradisional mereka seperti
rendang, Soto Padang (makanan sup), Sate Padang dan Dendeng Balado (daging dendeng berlada). Restoran Minangkabau yang sering digelar "Restoran Padang" dapat dijumpai di merata Indonesia dan di negara-negara jiran yang lain.

Agus Salim

Agus Salim lahir dari pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau.
Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (
ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di
Indragiri. Pada tahun 1906, Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad Khatib, yang masih merupakan pamannya.
Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun
1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.Agus Salim lahir dari pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau.
Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906, Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad Khatib, yang masih merupakan pamannya.
Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.